Ribaknews26.com – Sukabumi
Penelusuran arkeologis di kawasan Gunung Tangkil, Kabupaten Sukabumi, kembali membuka tabir sejarah masa silam. Tim Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama sejumlah peneliti lokal menemukan fragmen arca yang diduga berasal dari masa megalitikum, di tengah hutan lebat yang nyaris tak terjamah.

Penemuan ini bermula dari observasi lapangan yang dilakukan Zubair Mas’ud, salah satu peneliti BRIN. Saat menyusuri lereng berbatu yang tertutup semak, ia menemukan potongan arca batu. Setelah diteliti, material batu tersebut menunjukkan kemiripan dengan koleksi di Museum Prabu Siliwangi.

“Berdasarkan pengamatan awal, batuan arca di museum cocok dengan lokasi temuan di Gunung Tangkil,” ujar Kyai Fajar Laksana dalam seminar arkeologi yang digelar Rabu (30/7/2025).

Belum Jadi Situs Resmi, Tapi Kaya Nilai Sejarah

Meski belum ditetapkan sebagai situs budaya resmi, kawasan Gunung Tangkil menyimpan potensi besar. Di Desa Tugu, tim peneliti juga menemukan batu menhir serta jejak serupa di Gunung Karang, memperkuat dugaan bahwa kawasan ini dahulu merupakan pusat peradaban megalitik.

Tak hanya tinggalan batu, ratusan pecahan keramik yang ditemukan di lokasi menambah keyakinan bahwa wilayah ini dulunya masuk dalam jalur perdagangan maritim Nusantara-Tiongkok, dengan temuan berasal dari abad ke-10 hingga ke-20.

Ahli keramik yang terlibat dalam riset pun menilai bahwa pecahan tersebut dapat menjadi bukti kuat hubungan dagang internasional di masa lampau.

Teknologi Pemetaan Canggih Siap Dikerahkan

BRIN telah menyusun rencana lanjutan. Awal September mendatang, tim akan kembali membawa teknologi pemetaan canggih seperti drone dan LIDAR. Teknologi ini diharapkan bisa mengungkap susunan struktur batuan yang kemungkinan besar dibentuk secara arsitektural oleh manusia zaman dulu.

Menariknya, akademisi Universitas Indonesia, Prof. Ali Akbar—yang dikenal sebagai tokoh penting dalam riset Situs Gunung Padang—menyatakan ketertarikannya. Ia menilai ada potensi keterhubungan antara Gunung Tangkil dan Gunung Padang. Wacana riset kolaboratif pun mulai terbuka.

Ritual Budaya Masih Hidup

Gunung Tangkil juga masih menjadi lokasi aktivitas budaya masyarakat. Beberapa warga setempat rutin melakukan ritual adat di titik-titik tertentu. Para peneliti menyebut praktik ini sebagai bentuk budaya berlanjut, jejak warisan leluhur yang masih hidup.

“Kami awalnya hanya ingin memverifikasi asal koleksi museum, namun justru menemukan potensi situs megalitik yang baru,” ujar Fajar.

Seruan Penetapan Sebagai Cagar Budaya

Para peneliti kini mendesak pemerintah daerah dan pusat untuk segera meninjau status kawasan Gunung Tangkil. Penetapan sebagai situs cagar budaya dinilai penting untuk melindungi warisan sejarah sekaligus memperkuat identitas budaya lokal yang mulai terungkap dari balik rimbunnya hutan Sukabumi.